Home » » MENGELOLA DIRI SENDIRI

MENGELOLA DIRI SENDIRI

Written By Unknown on 02/09/14 | 9/02/2014


Kita hidup di era yang tak terduga,  jika memiliki ambisi dan cerdik, pasti dapat naik ke puncak profesi pilihan Anda. Untuk dapat melakukan hal ini dengan baik, perlu ditanamkan pemahaman mendalam tentang diri sendiri, tak hanya mengenai kekuatan dan kelemahan tetapi juga bagaimana Anda belajar, bekerjasama dengan oranglain, dan nilai-nilai yang Anda pegang, serta ke mana kontribusi terbesar diberikan. Karena hanya bekerja dengan keunggulan, Anda dapat mencapai kesempurnan yang sesungguhnya.

Orang-orang besar sepanjang sejarah, Napeloen, da Vinci, Mozart, selalu mengelola diri mereka sendiri. Secara keseluruhan, itulah yang membuat mereka besar. Tetapi orang-orang seperti mereka jarang ada, sangat baik dalam hal bakat maupun pencapaian sehingga dianggap melampaui manusia biasa. Kebanyakan dari kita, bahkan sebagian dengan karunia yang tidak terlalu besar, diharuskan untuk belajar mengelola diri. Kita harus belajar mengembangkan diri, kita harus memosisikan diri di tempat kita dapat memberikan kontribusi terbesar. Dibawah ini ter dapat tujuh langkah yang dapat membantu dalam mengetahui tentang diri kita.

1. Apa Kekuatan Saya?
Sepanjang sejarah, orang merasa tidak perlu mengetahui kekuatannya. Seorang dilahirkan dengan posisi dan garis tertentu, seorNg anak petani akan menjadi petani, putri seorang montir akan menjadi istri montir. Akan tetapi sekarang orang memiliki pilihan. Mengenali kekuatan merupakan keharusan agar dapat mengetahui dimana kita semestinya berada.

Cara untuk menemukan kekuatan Anda adalah melalui analisa umpan balik. Ketika Anda membuat keputusan atau mengambil tindakan penting, tuliskan kejadian yang Anda harapkan akan terjadi. Sembilan atau 12 bulan kemudian, bandingkan hasil nyata dengan harapan Anda.

Analisa umpan balik, jika diterapkan secara konsisten, dalam waktu dua hingga tiga tahun, metode ini  akan menunjukkan letak kekuatan Anda. Metode ini juga menunjukkan titik dimana Anda tidak kompeten. Akhirnya, metode ini menunjukkan titik kelemahan Anda dan tugas-tugas yang tidak dapat Anda jalankan dengsn baik.

Analisa umpan balikdiikuti dengan implikasi berupa beberapa tindakan.
Pertama dan terutama, konsentrasikan pada kekuatan Anda. Tempatkan diri pada titik di mana kekuatan Anda membuahkan hasil.

Kedua, tingkatkan kekuatan Anda. Hasil analisis ini dengan cepat akan memperlihatkan titik di mana Anda perlu meningkatkan dan memperoleh keterampilan baru.

Ketiga, analisis umpan balik akan menemukan di mana keangkuhan intelektual yang melumpuhkan ketidaktahuan Anda, dan kemudian mengatasinya. Dalam hal ini juga berkaitan dengan etika sopan santun, dimana sopan santun adalah bagaikan pelumas dalam sebuah organisasi. Adalah hukum alam bahwa gesekan akan muncul ketika dua tubuh bergerak dan bersentuhan satu sama lain. Jangan remehkan hal kecil, walau hanya sekedar ucapan terimakasih atau silahkan serta mengetahui nama seseorang atau menanyakan kesehatan keluargnya.

2. Bagaimana Saya Berkinerja?
Begitu banyak orang yang bekerja bukan dengan cara mereka sendiri, dan itu menjamin tidak adanya kinerja. Seperti halnya talenta seseorang, , bagaimana seseorang berkinerja adalah sesuatu yang unik. Hal itu berkaitan dengan kepribadian. Apakah kpribadian itu alami atau dikembangkan, tentun saja dibentuk jauh sebelum seseorang pergi bekerja.

Dan bagaimana seseorang berkinerja adalah bakat atau pemberian (given), demikian juga dengan kelebihan atau kekurangan seseorang. Kinerja seseorang dapat sedikit dimodifikasi, tetapi tidak mungkin menjadi benar-benar berubah dan tentunya bukan hal yang mudah. Pada saat seseorang berhasil melakukan sesuatu dengan baik di bidang keahlian mereka, pada saat yang sama mereka juga mencapai keberhasilan dengan melakukannya sesuai dengan cara terbaik mereka.

3. Apakah saya seorang pembaca atau pendengar?
Pertama-tama Anda harus tahu apakah Anda termasuk tipe pembaca atau pendengar. Sedikit sekali orang yang tahu bahwa mereka seorang pembaca dan pendengar, dan jarang sekali ada orang yang merupakan keduanya. Bahkan lebih sedikit lagi orang yang tahu bahwa mereka adalah satunya.
Setelah Anda mengetahui bahwa diri Anda adalah tipe pembaca ataupun pendengar bekerjalah berdasarkan dari tipikel yang ada pada diri Anda sendiri, jangan pernah mengubah ataupun menjadi orang lain.
Sedikit sekali pendengar yang dapat diciptakan, atau membuat dirinya menjadi pembaca yang kompeten, begitu juga sebaliknya. Pendengar yang mencoba untuk menjadi pembaca akan menemui kegagalan begitu juga sebaliknya. Jadi dalam hal ini hanya menjadi diri sendirilah yang akan membawa Anda kejenjang keberhasilan.

4. Bagaimana Saya Belajar?
Hal kedua untuk nengetahui cara kerja seseorang adalah dengan mengetahui cara belajarnya. Banyak penulis kelas atas salah satunya adalah Winston Churchill tidak memiliki prestasi yang baik di sekolah. Mereka cenderung mengenang masa sekolahnya sebagai masa penyiksaan. Mungkin, mereka tidak terlalu menikmati sekolah, tetapi hal terburuk yang mereka derita adalah kebosanan. Penjelasannya adalah bahwa lazimnya penulis tidak boleh belajar dengan cara menulis. Karena sekolah tidak mengizinkan mereka untuk belajar dwngan cara ini, maka mereka mendapatkan nilai buruk.
Sekolah di mana pun disusun dengan asumsi bahwa hanya ada satu cara tepat untuk belajar dan cara ini berlaku bagi semua orang. Tetapi tekanan untuk belajar dan cara ini berlaku bagi semua orang  Tetapi tekanan untuk belajar dwngan cara yang diajarkan di sekolah adalah ibarat neraka bagi pelajar yang memiliki cara belajar berbeda. Sebenarnya mungkin terdapat banyak cara lain untuk belajar.
Dari semua bagian penting tentang pwngetahuan  mengenai diri sendiri, memahami cara Anda belajar adalah sesuatu yang paling mudah untuk sikuasai. Inti dari semua itu mengandung pengulangan bahwa jangan mencoba untuk mengubah diri Anda, kemungkinan tidak akan berhasil. Tetapi bekerjakeraslah untuk meningkatkan cara Anda berkinerja. Cobalah untuk tidak melakukan pekerjaan yang tidak Anda kuasai atau pekerjaan Anda itu tidak akan menghasilkan apa pun.

5. Apa nilai-nilai saya?
Untuk dapat mengelola diri Anda, pada akhirnya Anda harus bertanya, apa saja nilai saya? Ini bukan pertanyaan tentang etika. Sehubungan dengan etika, aturan yang berlaku akan sama bagi setiap orang, dan ujian ini sangat mudah.
Pada awal abad ke-20, diplomatb yang paling dihormati di antara semua negara besar adalah duta besar Jerman untuk Inggris. Jelas ia ditakdirkan untuk suatu hal besar, yaitu menjadi msenteri luarnegeri bagi negaranya, setidaknya kanselir bagi federalnya. Namun pa da tahun 1906 dengan tiba-tiba ia mengundurkan diri karena menolak mwemimpin acara makan malam yang diadakan korps diplomatik bagi Edward VII. Raja Edward adalah sosok yang terkenal dengan kesenangannya bermain cinta dan sudah jelas makan malam seperti apa yang dikehendakinya. Duta besar dilaporkan berkata, "Saya tidak mau melihat seorang mucikari di cermin saat saya bercukur pada pagi hari."  Inilah yang disebut uji cermin.
Etika mengharuskan Anda untuk bertanya pada diri semdiri, jenis orang seperti apa yang ingin saya lihat dicermiN pada pagi hari? Etika yang berlaku dalam suatu organisasi atau situasi, juga berlaku sebagai etika perilaku di tempat lain. Tetapi etika hanya bagian dari sistem nilai, khususnya sistem nilai organisasi. Bekerja dalam suatu organisasi yang memiliki sisyem nilai seseorang akan menyebabkan seseorang merasa frustasi dan tidak dapat bekerja dengan baik.
Seperti halnya manusia, organisasi memiliki nilai. Agar dapat bekerja efektif dalam suatu organisasi, nilai seseorang harus cocok dengan nilai organisasinya. Nilai ini tidak harus sama, tetapi harus cukup berdekatan untuk dapat hidup bersama. Jika tidak, orang itu tidak hanya akan merasa frustasi tetapi juga tidak akan memberikan hasil.

6. Di mana tempat saya?
Segeliintir orang sudah tahu sejak dini tempat yang tepat bagi mereka. Ahli matematika, musikus, dan jurumasak, biasanya telah menjadi ahli matematika, musikus, atau jurumasak sejak mereka berusia 4 atau 5 tahun. Dokter biasanya memutuskan karier mereka pada usia belasan tahun, atau mungkin lebih muda. Tetapi kebanyakan orang yang sangat berbakat, belum bemar-benar mengetahui tempat mereka sampai melalui usia pertwngahan 20 tahunan. Walaupu. sejak saat itu seharusnya mereka sudah tahu jawaban dari ketiga pertanyaan ini: apa kekuatan saya. bagaimana saya bekerja, dan apa saja nilai-nilai saya. Kemudian mereka dapat dan harus memutuskan di mana tempat mereka.
Karier yang sukses tidak direncanakan. Karier itu berkembang ketika orang telah siap dalam menghadapi peluang karena merek mengetahui kekuatannya, metode kerjanya, dan nilai-nilainya. Mengetahui tempat yang tepat bagi seseorang dapat mengubah orang biasa (seorang pekerja keras dan kompeten, dan bukannya mereka yang rata-rata) menjadi pekerja kinerja terkemuka.

7. Apa yang harus saya kontribusikan?
Sepanjang sejarh, banyak orang tidak pernah bertanya, "Apa yang harus saya kontribusikan?" Mereka diperintahkan untuk mengontribusikan sesuatu, dan tugas mereka didikte oleh pekerjaan itu sendiri (seperti petani maupun montir) atau oleh tuan besar (seperti pembantu rumah tangga). Sampai belum lama berselang, masih ada anggapan bahwa kebanyakan orang adalah bawahan yang melakukan perintah.
Kemudian pada akhir 1960, tidak ada lagi seorang pun yang maua diperintah. Laki-laki dan perempuan muda mulai bertanya, apa yang ingin dilakukan? Dan mereka mendengar bahwa cara untuk berkontribusi adalah dengan "mengerjakan bagianmu sendiri?" , tetapi solusi ini sama kelirunya dengan yang pernah dilakukan oleh orang organisasim Sedikit sekali orang yang yakin bahwa mengerjakan bagiannya sendiri akan mengarah pada kontribusi, pemenuhan diri, kesuksesan, atau salah satu dari ketiga hal itu.
Jadi pertanyaan yang seharusnya muncul adalah, dimana dan bagaimana saya dapat mencapai hasil yang dapat menciptakan perbedaan dalam waktu satu swtengah tahun kedepan? Jawabannya harus dapat menyeimbangkan beberapa hal. Pertama, hasilnya harus sulit dicapai atau sewaktu-waktu dapat diperluas. Tetapi hasil ini juga harus berada dalam jangkauan pencapaian. Mengharapkan hasil yang tidak dapat dicapai bukanlah ambisius, namun bodoh. Kedua, hasil itu haruslah berarti. Hasilnya harus dapat memberikan perbedaan. Terakhir, hasil harus dapat dilihat dan jika mungkin bersifat terukur. Dari sini muncul suatu rangkuman tindakan, yaitu apa yang akan dilakukan, darimana dan bagimana memulai, untuk tujuan apa, dan batasan waktu yang disusun untuk mencapai tujuan itu. (arh/sumber kumpulan artikel Peter F. Drucker, Havard Business Review, edisi Maret-April 1999)
Share this article :

Posting Komentar

Subscribe via RSS Feed If you enjoyed this article just click here, or subscribe to receive more great content just like it.
 
Support : 'your link' | 'your link' | 'your link'
Copyright © 2014. ABYAKSA BUANA INFORMASI - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger