S
emakin panjang usia kita, semakin panjang pula catatan
pengalaman hidup kita. Bagi mereka
yang mau memetik pelajaran dari pengalamannya, maka pengalaman jadi kekayaan
yang unik baginya. Usia membawanya pada kebajikan. Sedangkan bagi mereka yang
acuh, pengalaman tak lebih dari goresan di atas pasir pantai. Usia tak menjamin
apa-apa selain ketuaan baginya.
Meski kita sama-sama dinaungi oleh
langit yang sama; meski kita samasama diterangi oleh cahya matahari yang sama:
meski kita sama-sama digelapi oleh malam yang sama, namun kita tak pernah sama
dalam menyerap semua itu. Kita melihat cakrawala dari ketinggian yang berbeda.
Kita melangkah di jalan setapak dengan bobot yang berbeda.Kita mengisi ruang
dan waktu ini dengan besar tubuh yang berbeda pula.
Maka. meski kita lahir di bumi yang
satu. namun kita hidup di dunia yang berbeda-beda. Kita mempunyai sidik dunia
pikiran yang tak sama bagi setiap orang. Keunikan itu takkan banyak berarti
bila tak menjadi kekayaan bagi kita. Dan, kekayaan itu tak banyak bermakna bila
tak membuat diri kita semakin bijak bestari.
la yang datang, akan pergi. Seorang penguasa,
pengemis atau pertapa -
setiap orang yang lahir pasti mati. Menghembuskan
nafas terakhir di atas
tahta, atau diseret ke dalam kubur dengan kaki dan
tangan terikat, apa
bedanya?
(Kabir)
Posting Komentar