Home » » Krupuk Kulit Ikan Yang Mendunia

Krupuk Kulit Ikan Yang Mendunia

Written By Unknown on 07/09/14 | 9/07/2014

Siapa yang tak mengenal krupuk, makanan yang terbuat dari tepung tapioaka yang  digoreng dan dijadikan teman lauk untuk makan, bahkan juga sebagai camilan. Krupuk bukan saja dapat dijumpai diwarung pinggiran, modern market bahkan di mall2 elit pun dengan mudah mendapatkan makanan ini. Namun, pernahkah Anda mendengar krupuk kulit ikan? bagi sebagian penduduk yang tinggal dipesisir pantai tentunya sudah tidak asing lagi dengan krupuk kulit ikan ini.

Kulit ikan yang kerap diabaikan oleh orang banyak, ternyata mampu diolah dan dimanfaatkan menjadi sebuah camilan semacam kerupuk yang lezat, renyah dan gurih hingga digemari banyak orang, bahkan sampai ke luar negeri.

Hal tersebut diketahui saat salah seorang Reporter Cirebon Post berkesempatan berkunjung ke sebuah rumah pengrajin kerupuk kulit ikan khas Cirebon di Desa Purwawinangun Kecamatan Suranenggala Kabupaten Cirebon, Rabu (30/4).

Saat ditanya mengenai usaha kerupuk ini, Ibu Rudi (65), pemilik usaha pengolahan kerupuk kulit ikan, mengatakan bahwa usaha yang digelutinya merupakan warisan keluarga secara turun temurun. Konon, Ibu Rudi menceritakan, usaha leluhurnya bermula dari sebuah pengolah pengasapan ikan, di mana di tempat tersebut kulit ikan diabaikan atau sekadar dijadikan pakan ikan lele.

“Kemudian muncul ide untuk menjadikannya sebagai kerupuk, awalnya coba-coba, ternyata enak juga,” ungkap Ibu Rudi.

Soal cara mengolahnya, Ibu Rudi tak segan untuk memaparkan prosesnya secara bertahap. Pertama-tama, kulit ikan dipisahkan dengan dagingnya lalu dikeringkan, setelah itu dibumbui dan dimasak. Tidak selesai pada tahap ini, kulit ikan yang telah dibumbui tersebut dikeringkan kembali dengan memanfaatkan panas matahari.

“Sesudah itu, barulah kulit ikan itu siap digoreng dan dipasarkan,” jelasnya.

Dalam memproses camilan tersebut, Ibu Rudi mengaku menggunakan kulit ikan jenis cucut, pari dan ikan remang. Untuk perkilo-gram kerupuk kulit ikan hasil olahannya, Ibu Rudi membandrol seharga Rp. 100.000,-.

“Alhamdulillah, dalam sebulan ada tambahan penghasilan sekitar dua juta rupiah,”

Harga yang lumayan itu konon berbanding dengan keterbatasan bahan dan pengolahannya yang masih sangat alami, namun berbicara pelanggan, tak disangka kerupuk kreasi tangan keluarga Ibu Rudi rutin diekspor ke Korea dan Saudi Arabia.

“Hal itu bermula karena di sini banyak TKI (Tenaga Kerja Indonesia, red) yang bekerja di Korea dan Arab, mereka memesan untuk oleh-oleh majikannya,” katanya.

Meskipun begitu, Ibu Rudi mengaku tidak selalu mulus dalam menjalankan usahanya, karena dalam proses pengeringan, ia masih bergantung pada pencahayaan matahari yang bisa terganggu saat musim hujan tiba. Di samping itu, karena keterbatasan bahan dasar kulit ikan, maka kerupuk yang menggugah selera ini hanya bisa diproduksi sebanyak 30 kilogram perbulannya. Penasaran? Silakan datang langsung dan mencobanya. (abya/sumber: cirebon post)
Share this article :

Posting Komentar

Subscribe via RSS Feed If you enjoyed this article just click here, or subscribe to receive more great content just like it.
 
Support : 'your link' | 'your link' | 'your link'
Copyright © 2014. ABYAKSA BUANA INFORMASI - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger