Home » » SETITIK HARAPAN DARI MU

SETITIK HARAPAN DARI MU

Written By Unknown on 29/08/14 | 8/29/2014



Aku pun bangkit dari ranjang, mengambil celana jeans dan baju yang tergantung
di kastop dinding kamar. Kembali kupakai pakaian dan aku rapikan rambut,
kemudian aku menghampiri pria separuh baya yang duduk di pinggir ranjang,

“Sayang, benar nih nggak akan lanjut?” Tanya aku sambil mengelus tangannya
dengan manja,
“Tidak sayang, malam ini aku harus lebih cepat pulang ke rumah sebab ibu
mertua akan datang. Mungkin lain waktu kita santai untuk long time to making
love…ok sayang” katanya, “Kamu memang dasyat sayang mengerti akan selera
aku, ini aku tambahkan tips untuk kamu”
“Ok…sayang nggak apa-apa next time kita bersama lagi….wah, sayangku
memang baik sekali makanya aku selalu berikan service yang dasyat dan
tentunya dengan segenap cinta” Ucapku dengan sedikit nada yang
menyenangkan, namun sebenarnya hati ini sudah muak untuk melakukan semua
ini, namun mengapa aku tetap melakukannya?.
“Tapi sebelum aku pulang temani aku makan yah sayang” sahut pria itu dan

kemudian ia pun bangkit dari ranjang…..
Dengan bergandengan tangan keduanya lalu meninggalkan kamar hotel dan
pergi menuju tempat parkir. Sang pria membukakan pintu dan selanjutnya mobil
itu pun melaju dan menghilang dibalik keremangan malam.
********
Sang gadis pun turun dari mobil, sebelum berpisah, pria setengah baya itu
memintanya untuk mengecup pipinya dan pria itu pun berkata padanya,

“Sayang, malam yang indah ini akan selalu bersama kita, walau waktu kita
hanya singkat namun aku merasakan sangat puas. Dan ingat sayang, nanti aku
telepon untuk bertemu kamu lagi dan siapkan waktumu untukku, ok sayang
bye” Pria itu pun berkata dengan mesranya dan tak peduli lagi akan statusnya.

Gadis itu hanya mengangguk dan tersenyum. Ia pun melangkahkan kakinya
menyusuri trotoar, pikiranya terus melayang, hatinya menjerit….ah, betapa
kotornya diri ini, aku kini menjadi budak pemuas nafsu….aku ingin keluar dari
“pekerjaan” ini tapi kenapa tidak bisa? Apakah ini dapat dikatakan sebuah
pekerjaan?....oh, tidak!...bagaimana aku dapat keluar dari jerat nafsu
ini….mmmhhhh…ahhhh…ia pun menghela nafas sambil menghembuskan asap
rokok yang menemani di jari tangannya…sudahlah aku sudah kotor dan tak
mungkin dapat bersih kembali….

“ Hai cewek…sendirian saja?”

Sebuah suara telah menyapanya dan memecah keheningan lamunan si gadis, ia
pun menoleh dan di lihatnya seorang pemuda duduk diatas motor sport dengan
centil menggodanya. Tadinya mau aku diamkan saja, namun entah kenapa iblis
datang membelai telingaku dan membimbingku untuk mendatangi pemuda
tersebut…mmmmmhh, boleh juga ni brondong, keliatannya gagah, tapi
koceknya ada nggak yah? Pikirannya pun mulai bicara…tapi, masa bodoh ah, dari
tadi aku hanya melayani tiga lelaki tua yang lemah yang tak membuatku senang
tapi duitnya ok!..sudahlah lebih baik aku coba dulu siapa tahu ok juga…

“Lho…cantik ini kenapa, sedari tadi ngelamun saja, lagi galau yah?” goda sang
pemuda,
“Galau pala luh peyang! Memangnya gua habis makan kemenyan jadi galau?”
Sahut Sisca dengan sewotnya, “Nah lu! Ngapain sendirian malam-malam?” ia
pun balik bertanya,
“Idih langsung sewot…tadi baru balik kerja dan nggak sengaja liat cewek cakep
nongkrong sendirian, gimana, daripada sendirian kalau kita bareng jalan?” ucap
sang pemuda sambil menggoda,
“Pulang kerja atawa habis di kerjai?...hiik..hikkk…tapi kalau gua kaga mau
bagaimana?” lanjut Sisca
“Pulang kerjalah!, kalau nggak mau jalan yah kita nongkrong bareng dah!”
Jawab pemuda itu tak menyerah,

Gila nih cowok…pantang menyerah…pikir Sisca, baru ia hendak bicara pemuda itu
melanjutkan omongannya,

“Masih juga bengong, kaya ayam lagi tetelo! Bagaimana jadi nggak nongkrong
bareng?”
“Ogah ah kalau Cuma nongkrong!, mending gua balik selimutan di rumah” Jawab
Sisca dengan sedikit bercanda,
Pemuda tersebut ternyata memahami isi hati nakal sang cewek, kemudian ia
pun menimpali,
“Iya nggak nongkrong doang kali…tapi daripada pake selimut dingin di rumah
bagaimana kalau pake selimut hangat?”
Ternyata pemuda ini otaknya “Viktor” juga (Vikiran Kotor {Maksa Banget
yah!}), lalu Sisca pun melanjutkan,
“Ok, begini saja, malam sudah semakin larut, kita langsung saja bicara bisnis,
mau long atau short?” Jawab si gadis singkat dan langsung ke inti bisnisnya,
“Deu…to the point banget!…ok lah! Kalau sudah pada paham akan maksud dan
tujuannya, tapi sebelumnya boleh dong aku tahu namamu, aku Alvin dan
kamu….?” Pemuda itu mengulurkan tangannya,
“Aku Sisca…” Jawab gadis itu singkat
“Ok Sisca yang cantik dan seksi, kita lansung saja bicara bisnis, kalau long
berapa dan short berapa?” Alvin pun berkata to the point,
Selanjutnya Sisca menjelaskan “bisnis-nya” dan segala macam aturannya,
pemuda itupun setuju dan ia memilih long dengan Sisca. Selanjutnya ia pun
memberikan uang muka yang Sisca minta dan dengan riang Sisca pun menaiki
motor.

 Ehmmm, malam yang indah, luar biasa! Benar-benar hebat, berapa
banyak aku mendapatkan uang malam ini…khayalan Sisca pun
merebak….dengan mesra ia lingkarkan tangannya ke tubuh si pemuda,
motorpun semakin kencang di lajukan dan menghilang di terkam gelapnya
malam yang tak berbintang.
*****

“Siang all!” sapa Sisca manakala ia melewati kamar Marni,
“Hey, Sis! Siang juga! Gila benar nih baru pulang, kayanya tajir benar!” Jawab
Marni,
Sisca hanya mengangguk kecil dan nampak wajahnya agak kelelahan,
“Jualannya laku keras jeung?” Tanya Tantri, “Dapat berapa ikan?”
Aku hanya mengangkat tangan dan memperlihatkan empat jari.
“Gila!!!….gebleg juga loh, lagi ngejar setoran yah? Atau jangan-jangan dapat ikan
teri dan lemes-lemes?” Ucap Tantri setengah berkelakar
“Kakap semua! tiga loyo yang satu luarbiasa!, capek banget ngadepin yang
terakhir” Jawab Sisca “Gua minta minum dong Mar!, dan ini gua bawain nasi
bungkus, gua tadi mampir di uni Ratna”
“Ckck..ckck..luar biasa lo…ok say! Thank yah nasinya, sekarang mending luh
istirahat dulu nanti baru kita ngobrol lagi” Sahut Marni terkagum-kagum dan
menyarankan Sisca untuk pergi istirahat,
“Ok! Guys, sampai nanti yah!” Jawab Sisca sambil pergi menuju kamarnya.

Sisca sudah hampir satu tahun ini mengontrak di kontrakan milik ibu Desi yang
terletak di kampung Bahar, agak masuk ke dalam memang letak kontrakan ini.
Namun suasananya nyaman, ibu Desi sendiri tidak tinggal disana namun ia
mempercayakan kontrakannya kepada ibu Sumi yang tinggal di sebelah
kontrakan. Sisca sendiri menempati kamar yang paling ujung sebelah kiri yaitu di
nomor lima, semuanya ada sepuluh pintu dan berderet lima, kiri-kanan saling
berhadapan. Setiap bulan mereka di pungut biaya Rp. 600.000,- sudah termasuk
listrik, kebanyakan yang menempatinya adalah wanita-wanita muda dari
beragam profesi. Sisca pun langsung menuju kamarnya dan ia langsung
merebahkan badannya di ranjangnya yang empuk. Tak lama matanya terpejam
dan ia pun terbuai dalam mimpi.
*******

Tepat pukul lima sore Sisca terbangunkan oleh bunyi alarm yang sengaja ia
pasang. Mmm…ahhhh…uhhhhh!ia pun menguap, capeknya badan ini, dengan
agak malas ia mematikan alarmnya. Ia pun lantas bangkit dari ranjangnya,
namun bukannya langsung pergi mandi tetapi ia langsung duduk di ruang depan.
Ia mengambil sebatang rokok dengan di temani musik yang keluar dari ipod
yang baru satu minggu ia peroleh dari om Anwar yang selalu memakai jasanya,
ia pun berasyik ria menuju alam lamunannya. Tak dapat ia membohongi hatinya
jikalau ia telah lelah dengan semua ini. Namun hanya pekerjaan ini yang dapat
aku lakukan untuk bertahan hidup di tengah kejamnya kota. Apa yang dapat aku
lakukan lagi? Begitu pikirnya, sedangkan pendidikanku hanya sebatas SMA dan
itupun tak tamat karena putus di pertengahan. Andai saja kejadian itu tak pernah
terjadi di dalam hidupku mungkin kini aku masih dapat melanjutkan sekolahku
hingga kuliah…ahhhh…bajingan kau Ferry! Ia pun kembali terkenang akan masa
lalunya.

Empat tahun yang lalu, saat itu aku masih duduk di kelas satu Sekolah
Menengah Atas di daerah Tasikmalaya, tepatnya desa Cibeureum. Aku mengenal
seorang pria namanya Ferry ia adalah kakak kelasku, usia kami terpaut dua
tahun. Aku mengenal Ferry di sebuah pesta ulangtahun temanku dan semenjak
pertemuan itu hatiku mulai tertambat kepadanya. Tak berselang lama kami pun
pacaran, namun kami lepas kendali dalam berpacaran karena apa yang
seharusnya tidak boleh kami lakukan telah kami langgar. Kami sering melakukan
hubungan intim layaknya pasangan suami-istri, dan itu dilakukan bukan saja di
motel, di rumah teman, di tempat Ferry bahkan di rumah aku sendiri manakala
orangtuaku sedang tidak berada di rumah, dan gilanya bahkan apabila sudah
tidak tahan, walaupun ada orangtua kami melakukan secara sembunyi di lantai
atas tempat kami berpacaran. Pokoknya disegala medan dan setiap ada
kesempatan hal itu selalu kami lakukan dan herannya aku merasa seperti
kecanduan apabila tidak melakukan hal itu. Hingga akhirnya petaka itu pun tiba,
aku telat menstruasi dan ketika aku periksa dengan alat tes benar saja aku
hamil. Aku pun berbicara terus terang kepada Ferry,

“Sayang bisa nggak kita bicara, ada hal yang penting ingin aku katakan” kataku,
“Hmm, ada apa sayang?” jawabnya,
“Say, kamu cintakan sama aku?”tanyaku,
“Iyalah aku cinta kamu, bahkan sampai mati” gombal Ferry
“Benaran?...apapun yang terjadi kamu tetap cinta sama aku?” tanyaku penuh
ragu
“Benar sayang! Masih nggak percaya?...memangnya ada apa sih sayang?” Ferry
pun meyakinkan
“Begini loh say, aku telat menstruasi dan sudah aku periksa pakai tespack,
ternyata aku positif hamil” dan aku pun menjelaskan persoalannya
“……” Ferry terdiam sejenak, kemudian, “Terus sekarang mau kamu
bagaimana?”
“Lho! malah balik Tanya, ini kan benih kamu dan juga anak kita” sedikit agak
sewot akupun berkata,
“Tapi benar kamu sudah test? Mungkin saja alatnya nggak beres?” Kilah Ferry
“Tadi kamu bilang apapun tetap cinta…begini saja, untuk lebih meyakinkan
bagaimana kalau kita memeriksakan ke bidan” Jawab dan permintaanku,
“Ok! Itu lebih bagus dan lebih akurat hasilnya” Sahut Ferry,

Kamipun mencari toilet umum untuk ganti pakaian, seperti biasa kami selalu
membawa baju ganti agar lebih memudahkan untuk pergi jalan. Dan selanjutnya
kami pergi mencari tempat bidan yang praktek, tidak jauh dari toilet umum
sekitar lima ratus meter, ternyata terdapat bidan praktek, kami pun
memutuskan untuk memeriksakan kehamilanku disana. Selang beberapa lama
aku keluar dari ruangan bidan dan aku serahkan kertas hasil pemeriksaan ke
tangan Ferry. Ia pun membaca hasilnya dan terlihatlah olehku bagaimana wajah
Ferry yang kaget. Kami pun segera meninggalkan tempat praktek bidan, di
sepanjang jalan hanya keheningan yang menemani kami. Akhirnya Ferry
menghentikan kendaraan di dekat taman dan kami pun turun dan duduk di
bangku taman, Ferry memberikan aku minuman kaleng agar aku lebih tenang
dan ia mengambil rokok dari balik celananya dan menghisapnya. Selesai itu ia
pun berbicara kepadaku,

“Sayang….aku harus berkata apa?...aku sayang dan cinta kamu…tapi kita ini
masih anak sekolah, dan tahukan kamu aku sebentar lagi UAN dan tak mungkin
aku menikahi kamu sekarang-sekarang ini. Sebab kamu juga tahukan
bagaimana peraturannya, jika siswa yang telah menikah, maka ia harus keluar
dari sekolah..eu..eu..jadi menurut aku bagaimana jika nikahnya kita tunda
sampai aku lulus sekolah, kan tidak lama hanya sekitar empat-lima bulan lagi”
Ferry memberikan alasan,
“ Aku tahu sayang…ta_” Belum aku selesai, Ferry sudah memotong,
“Aku tahu sayang…aku paham apa yang hendak kamu katakan, tapi sayang
demi anak kita, demi masa depan kita. Harus juga kamu pikirkan
masak-masak, apabila aku tidak tamat sekolah bagaimana aku dapat kerja?”
Lanjut Ferry memberikan alasan yang masuk akal,
“Aku janji sayang, setelah ujian dan aku dinyatakan lulus kita pasti menikah”
kilahnya meyakinkan, “Apa perlu aku berjanji atau membuat perjanjian secara
tertulis?”
“Tidak usah sayang, aku percaya padamu….janji yah sayang” jawab dan pintaku,
Ferry pun memeluk dan menggandeng aku, kami pun kembali masuk ke dalam
kendaraan. Namun bukannya langsung ke rumah tapi malah menuju ke motel,
benar-benar gila kelakuan kami.

Hari yang dinantikan pun tiba dan perutku sudah makin membesar, aku begitu
lemas karena selalu menyembunyikan perut buncitku dengan mengikatnya
menggunakan kain kemben, dan sengaja aku kini memakai rok longgar tidak
ketat lagi, agar perutku jadi tersamarkan. Hari ini adalah hari kelulusan
anak-anak kelas tiga, aku begitu senang sebab penantianku kini akan menjadi
nyata dan aku akan segera menikah, aku pun mendatangi ruang kelas Ferry.
Namun ternyata ia tidak ada di tempat, dan aku tanyakan kepada
teman-temannya, mereka mengatakan bahwa hanya sebagian saja yang datang
ke sekolah, karena hasil ujian di kirim ke alamat rumah masing-masing. Aku pun
langsung menelepon Ferry, namun handphonenya tidak aktif dan aku telpon ke
rumahnya yang menjawab kebetulan pembantu rumahnya dan ia mengatakan
bahwa sejak kemarin Ferry tidak berada di rumah. Kemanakah ia? Hatiku mulai
curiga, apakah ia ingkar akan janjnya. Tapi tidak mungkin ia pergi begitu saja
sebab ijazah saja belum di bagikan, terlintas dalam pikiranku apakah ia menginap
di motel langganan kami? Sebab ia sejak kemarin tidak pulang ke rumahnya dan
juga teman karibnya tidak mengetahui akan keberadaannya.
Aku pun memutuskan untuk segera ke sana, dengan menggunakan ojeg aku
pergi menuju motel yang di tuju. Sesampainya disana aku langsung menemui
bang Basir, dengan menyelipkan uang duapuluh ribuan aku pun bertanya pada
bang Basir apakah Ferry ada menginap di motel ini semalam?. Aku lihat bang
Basir hanya terdiam saja, akhirnya setelah aku desak dan aku ceritakan apa
yang terjadi, akhirnya ia pun iba dan mengantarku ke kamar paling pojok nomor
89. Aku hanya diam dan duduk di kursi, aku biarkan agar pintu terbuka sendiri
karena sebentar lagi adalah waktu check out. Dan benar saja begitu pintu
terbuka, sontak saja Ferry kaget manakala melihat aku berada di sana dan yang
lebih gilanya, wanita yang bersama dengan Ferry dia Mia sahabat masa Sekolah
Menengah Pertama. Aku benar-benar sakit, pedih kurasakan hati ini, aku tak
berpikir panjang lagi aku langsung katakan kepada Mia bahwa Ferry bajingan,
sebab kini aku saja sedang hamil. Mia awalnya tidak percaya jikalau Ferry masih
memiliki hubungan denganku dan setelah aku jelaskan serta di bantu dengan
keterangan dari salah seorang sahabat kami yang juga kawan Mia, akhirnya Mia
pun mengerti dan ia mengakui bahwa sudah dua bulan ini berhubungan dengan
Ferry dan telah melakukan hubungan intim…sering sekali…..gila….benar-benar gila
ini orang, sahabatku sendiri dia embat…geblek….
Lamunanku pun terbuyarkan oleh suara dering telepon,

“Halo, Mbak Sisca, saya Agustine dari panti asuhan ‘Bunda Ceria’. Begini mbak,
kami hendak memberi kabar tentang Aldo, putra mbak, ia kini di rawat di ruang
ICU” Ucap suara diseberang sana,
“Halo, iya mbak Agustine,…apa di ICU…sejak kapan dan di rumah sakit mana?”
Suaraku agak bergetar,
“Sejak kemarin malam. Saya berusaha menghubungi mbak dan nomornya sulit
sekali di hubungi. Aldo di rawat di Rumah Sakit Harapan Bunda yang di jalan
Mayapada bukan yang di jalan Kayangan yah mbak”
“Iya mbak, Harapan Bunda, jalan Mayapada, di ruang ICu yah mbak?, terimaksih
saya segera ke sana”

Aku pun berkata, dan aku langsung ke kamar mandi, cuci
muka ganti baju langsung melesat ke rumah sakit.
Aku naik taksi dan meminta ke pak sopir agar melajukan kendaraannya agak
cepat. Di sepanjang jalan aku hanya dapat terdiam, aku benar-benar bingung
apa yang harus aku lakukan? Wajah anakku terbayang dalam pikiranku. Aku
benar-benar panik, jikalau masuk ruang ICU pasti kondisinya parah, penyakit
apakah yang engkau derita nak. Tak lama kemudian, aku pun sampai di rumah
sakit yang di tuju. Aku langsung ke tempat resepsionist dan aku tanyakan ruang
ICU anak, ia pun menunjukkan jalannya. Aku tak dapat berpikir tenang, aku
langsung mencari ruangan tersebut dan akhirnya menemukannya. Aku lihat
mbak Agustine sudah menunggu di dekat pintu masuk, sebetulnya jam besuk
sudah habis namun di karenakan aku adalah ibu kandungnya dan ini juga adalah
emergency, sekuriti pun mengijinkan. Aku bersama mbak Agustine menuju
ruangan ICU, aku melihat Aldo tergeletak kaku, tangannya di infus dan hidungnya
pun memakai selang. Mbak Agustine menerangkan bahwa Aldo terkena, Demam
berdarah, typus dan akibat demam yang sangat tinggi telah menyebabkan
tangan kanan dan kaki kanan Aldo tak dapat di gerakkan. Kemungkinannya akan
menjadi cacat, namun juga ini adalah masa-masa kritis dan secara medis
dengan keadaan seperti ini kecil kemungkinan untuk tertolong. Tetapi kata mbak
Agustine, kita harus tetap optimis karena Tuhan adalah di atas segala-galanya, ia
pun menyuruh aku berdoa. Dalam pelukan mbak Agustine, aku berkata jujur
kepadanya aku sudah lupa cara berdoa, sebab sudah lama aku tidak berdoa.
Dengan sabar mbak Agustine mengajari aku cara berdoa.
Dalam doa, aku memohonkan ampunan kepada-Nya,aku berharap Ia
memberikan kekuatan dan kesembuhan untuk Aldo anakku. Aku menangis dan
tersungkur sujud di bawah kaki-Nya. Aku menyesali apa yang telah aku perbuat
selama ini, berbuat kekejian di hadapan Tuhan serta menjauh dari-Nya. Aku
benar-benar menyesali akan semua perbuatanku. Aku pun berjanji kepada
Tuhan untuk selalu mengabdi kepada-Nya dan menjadi hamba-Nya yang setia.
Malam itu juga aku bertobat pada-Nya…..tak terasa aku pun tertidur.

“Selamat malam, bunda sayang….” Sapa seorang anak kecil,
“Selamat malam nak!, siapa ini dan mengapa memanggilku dengan sebutan
bunda?” Tanyanya dengan nada kebingungan,
“Aku adalah putrimu bunda…masihkah engkau tidak mengingatnya?” Lanjut anak
itu,
“Sungguh nak! aku tak mengenal engkau, dan aku hanya memiliki seorang putra
yang kini tergeletak kaku di ruang ICU” Kata wanita itu,
“Aku mengenalnya bunda, ia adalah Aldo. Dia kakakku, yang beruntung dapat
menghirup udara dunia ini. Sebab ia tertolong manakala hendak engkau sudahi,
sedangkan aku, engkau memilih menghabisi ku demi dunia ini, masihkah engkau
mengingatnya?” Anak itu kembali mengingatkan,
“Sungguh nak!....sunggguh….aku tak dapat mengingatnya…engkau mengakui
adiknya Aldo?....siapakah engkau sebenarnya, wajahmu terpenuhi cahaya hingga
aku tak dapat mengenalmu” Lanjut wanita itu yang tak lain adalah Sisca,
“Bunda…bunda….baiklah peganglah tanganku dan engkau akan mengetahui
segalanya” Anak kecil itu pun kemudian memegang tangan Sisca,
Aneh…aneh sekali, aku seakan di tarik pada masa laluku, aku melihat seorang ibu
yang hamil tua sedang berjalan dan dengan penuh kasih membelai-belai
perutnya, kemudian seorang wanita melahirkan dengan susah payah yang
sangat, lalu seorang ibu yang sedang menyusui bayinya dalam keadaan terlihat
letih, matanya terkantuk-kantuk….selanjutnya aku seperti melesak….tiba-tiba
terlihat seorang wanita muda yang sedang hamil menaiki bus dan entah kemana
ia pergi….kemudian aku melihat di sebuah taman kota seorang ibu muda yang
sedang hamil hendak mengakhiri hidupnya….tiba-tiba direngkuh oleh seorang
wanita dan ia pun di bawa terbang….namun, tiba-tiba aku melihat seorang
wanita muda yang sedang asyik berpesta pora dan ia dengan tertawa renyah
berpindah pelukan dari satu pria ke pria lain….aku seperti di tarik suatu
magnet…tiba-tiba, aku melihat seorang wanita muda dengan tenangnya di dalam
suatu ruangan berkata…
”Tolong, ambil janin ini…berapa pun aku akan bayar
anda”, namun sebelum melakukkan itu tangan iblis itu berkata,
“Mengapa engkau melakukannya?”,
wanita itu menjawab “Aku tak menginginkannya,karena pria-priaku tak mau jika aku berbadan
dua…jadi cepat lakukan!”…...
tiba-tiba aku melihat sebuah lubang hitam besar dan api menyambar-nyambar dengan
hebatnya….namun dari arah belakang sayup ku dengar panggilan halus memanggilku,…
”Sisca anakku, kembalilah nak!”…”Sisca anakku, kami rindu”…aku pun menoleh dan
kulihat…papa dan mama sambil menggandeng seorang gadis kecil yang cantik dan berambut
panjang…mereka bertiga melambai-lambaikan tangannya….tiba-tiba…aku kembali seperti
terseret kedalam suatu lembah, semakin cepat tarikannya dan aku pun muncul di sebuah
sungai yang sangat bersih dan sungai itu memancarkan cahaya berkilauan bak
intan permata…dan engkau gadis kecil…yah engkaulah yang menarikku dari
sungai itu sambil berucap…
”Selamatkan Aldo kakakku! Berdoalah….dan mohonlah ampunan kepada kakek dan nenek,
aku sayang bunda selalu..”
Belum sempat aku merangkulnya ia telah lenyap bersama dengan cahaya putih itu…..
Sisca terbangun dari tidurnya, dan ia pun langsung berdoa dan sujud bertobat
kepada Tuhan, ia pun merenungkan setiap inchi dari perjalanan hidupnya. Begitu
banyak dosa yang telah ia lakukan, bahkan darah dagingnya sendiri, janin bakal
buah hatinya pun tega ia habisi hanya demi kenikmatan dunia. Aku benar-benar
manusia yang paling berdosa…papa dan mama, aku mohon ampunan dari
kalian…kemudian aku bangkit, dan dari balik kaca aku lihat anakku Aldo masih
terbaring lemas…tiba-tiba bahuku merasakan sebuah hawa yang hangat, aku
menoleh ternyata mbak Agustine, ia telah bangun dan kulihat pancaran cahaya
dari balik wajahnya, aku yakin ia pasti baru selesai doa.

“Sisca, kamu sudah berdoa?” Tanyanya
“Sudah mbak” jawabku
“Hari masih larut, dan baru pukul 02.30, lebih baik kita istirahat dahulu sebab
esok masih banyak yang harus kita lakukan”
“Baiklah mbak, aku pun masih merasa kantuk”
*******

Sisca dan mbak Agustine telah bangun dari tidurnya, hari menunjukkan pukul
06.30, rasa lapar telah menyerang perut. Kami pun berjalan menuju ruang
kantin dan berharap sudah ada pedagang yang membuka lapak makanan,
ternyata di kantin para pedagang sudah membuka lapaknya. Aku memilih
sarapan dengan ketoprak, sedangkan mbak Agustine memilih sarapan dengan
ketupat sayur. Setelah itu kami membeli makanan kecil sebagai camilan,
sebelum melanjutkan ke ruangan tempat Aldo di rawat aku menarik tangan
mbak Agustine dan memngajaknya duduk di taman.
“Mbak, aku ingin sekali ngobrol dengan mbak?” Aku pun memulai percakapan
“Oh iya, apa yang akan di bicarakan, Sis?” Tanya mbak Agustine,
“Begini mbak Agustine, semalam aku bermimpi dan aku tidak tahu apakah
maksud dari mimpi itu?” Lanjut aku,
“Iya, sudah coba kamu ceritakan mimpinya” Mbak Agustine menimpali dan
menyuruhku menceritakan mimpi itu.
“Baiklah mbak Agustine, aku ceritakan semua mimpiku” Jawabku, dan kemudian
aku pun menceritakan mimpiku dari awal hingga akhir.
Mbak Agustine yang sedari tadi menyimak dengan seksama dan sesekali terlihat
ia menarik nafas panjang…kemudian ia pun berkata,
“Sisca, jika mendengar dari uraian mimpimu, itu adalah sebuah pertanda bahwa
engkau harus kembali kepada kedua orang tuamu. Yakinlah dengan kembalinya
engkau kepada mereka akan mengobati kerinduan mereka yang dalam. Apa
yang telah terjadi pada masa lalumu itu adalah sejarah dari perjalanan hidup
yang harus kau lalui. Jangan pernah engkau membenci dengan apa yang telah
terjadi. Tetapi yang utama adalah engkau telah mengakui akan semua kesalahan
itu, dan tidak mengulangi akan kesalahan yang sama. Alangkah bijaknya apabila
engkau melepaskan segala dendam yang ada dalam hatimu, sebab hanya akan
melukai hatimu dan semakin memenjarakan dirimu untuk berbuat hal-hal yang
baik dalam kehidupan di masa kini dan masa datang”
“Iya mbak…namun…hati ini merasakan sakit…dan aku merasa malu untuk
kembali ke rumah dan menemui orangtuaku..a.aa..ku takut mbak…” Dengan
terisak aku berkata kepada mbak Agustine…
Sambil memeluk lembut dan penuh kasih mbak Agustine kembali menenangkan
hatiku, kemudian ia berkata,
“Sisca…ingatlah tidak ada seorang manusiapun di dunia ini yang
sempurna…setiap manusia mempunyai sisi gelap dan terang dalam setiap
perjalanan hidupnya…tetapi hanya yang mau mengakui kesalahannya dan
kembali ke jalan yang benar ia akan mendapatkan kebahagiaan…dan hanya
orang-orang yang dapat memaafkan kesalahan orang lain dan melepaskan
kebencian di hatinyalah yang akan melihat indahnya dunia serta memperoleh
kebahagiaan yang sesungguhnya…lepaskan segala kebencianmu maka engkau
akan melihat surga-Nya di bumi….dan tidak ada orang tua yang membenci
anaknya walaupun anaknya telah berbuat kesalahan di mata mereka”
“Mbak…terimakasih sudah menenangkan aku dan memberikan aku semangat
yang baru. Tetapi mbak, papa adalah seorang yang otoriter, keras kepala dan
lebih mementingkan kedudukannya di masyarakat. Sedangkan mama, ia
seorang yang egois, ia lebih mementingkan nama keluarga dan ia sepertinya tak
peduli akan aku. Akupun pergi meninggalkan mereka karena, keduanya
mengatakan lebih baik kehilangan satu anak daripada hanya membuat malu
keluarga. Itu semua di karenakan aku hamil dan lelaki yang telah berbuatnya ia
tidak bertanggung jawab” kataku,
 “Percayalah, orangtuamu tidak membencimu, apa yang terjadi dahulu adalah
sebuah luapan emosi sesaat dan jauh dalam hati mereka, yakinlah mereka
sangat sayang padamu. Coba kamu renungkan mimpimu itu apakah itu hanya
kebetulan? Tidak Sisca, itu adalah gambaran kerinduan mereka yang teramat
dalam. Dan coba kamu lihat lebih dalam lagi, kedalam hati dan jiwamu apakah
engkau benar-benar membenci mereka…..?” Sesaat ia hentikan dahulu
ucapannya, ia menghapus air mataku, kemudian ia melanjutkannya kembali,
“Sisca, menurut mbak, alangkah baiknya jika sekarang kamu menelepon
mereka untuk mendapatkan jawaban…apakah kamu masih menyimpan nomor
mereka?”
Aku menganggukkan kepala dan aku periksa di handphoneku adakah nomor
mereka sebab nomorku telah ganti…ternyata yang tersimpan nomor telepon
rumah orangtuaku…atas saran mbak Agustine, aku pun menelepon.
Lama aku menunggu telepon itu di angkat….dan akhirnya di angkat juga…
“Halo, maaf ini dengan siapa” Tanya penerima telepon di seberang sana,
“Yah, halo…apa benar ini dengan kediaman bapak Ramadi?” kataku
“Ya benar…mohon maaf ini dengan siapa?”
“Saya Sisca, ini dengan sipa yah?” Jawab dan tanyaku
 “Saya Ela pembantu disini, maaf mbak hendak bicara dengan siapa?”
“Oh…Ibu Ramadinya ada? Tolong sampaikan saja Sisca hendak bicara” lanjutku
“Baik mbak…Ibu, sedang di dalam, sebentar saya panggilkan”
Tak lama….
“Iya…saya sendiri ibu Ramadani..” Sahut suara dari seberang sana,
“….Ma..ma…mama..ini aku Sisca….bagaimana kabarnya…aku mohon maaf atas
semua kesalahanku…” Aku berkata dengan suara yang berat menahan
kesedihan…
“Si..Sisca, benarkah kamu nak…sungguh…Mama, rindu kamu nak! Kemana saja
selama ini…kami sekeluarga mencarimu kemana-mana namun tak menemukan
kamu….semuanya bagai di telan bumi….kabar..mama baik…hanya…hanya saja
papamu nak, ia jatuh sakit, setelah sekian lama menahan kerinduan akan
kamu..dan…nak…kami sangat menyesal dengan apa yang telah terjadi
dahulu….kamu sehatkan nak?” Jawab ibunya dengan sesekali terdengar isak
tangis.
“Ma..aku yang seharusnya memohonkan ampunan kepada mama dan
papa…aku benar-benar menyesali atas semua yang telah aku lakukan…akupun
teramat kangen akan mama dan papa berserta yang lainnya…aku kini berada di
Jakarta” Lanjutku,
 “Syukurlah, apabila kabarmu baik nak!....Jakarta?...selama ini kamu berada di
sana nak!...mama, ingin sekali memeluk kamu dan membelaimu…mama…rindu
sekali padamu nak..ma_” Lanjut mama, namun suaranya terhenti,
“Mama..mama..kenapa ma…” Aku bingung karena tidak ada jawaban dari
mama…namun kemudian,
“Sisca…anakku sayang…pu…pulanglah nak…pa..papa..rindu
kamu…papa…moh..mohon maaf atas semua kesalahan papa…pulang yah
nak….pa..pap..a..tunggu..” Dengan suara terbata-bata papa berbicara,
“Papa!....” Aku pun menangis…..”Pa…aku pasti pulang…aku pasti datang…”
“Sisca sayang, alamatmu dimana? Biar nati kakamu Doni yang menjemput
kamu, kebetulan dia kini bekerja di Jakarta di daerah kuningan. Dan berikan
nomor teleponmu biar nanti kakakmu dapat menghubungimu” Mama
menyambung pembicaraan,
“Oh…yah mama, aku kini sedang di rumah sakit harapan bunda, jalan Mayapada.
Aldo anakku sakit dan di rawat di ruang ICU, sebenarnya aku akan menemui
mama dan papa, setelah Aldo sudah sehat dan di perbolehkan pulang” Jawabku,
“Apa..Aldo…anakmu sakit…cucu ku…di rawat di ICU….begini saja anakku, berikan
saja nomor handphonemu dan nanti kakakmu sekalian yang urus
Aldo…bagaimana sayang…” Pinta mama,
“Tapi ma…aku nggak mau merepotkan kak Doni dan juga mama…aku malu,
sebab sejak dulu aku selalu merepotkan mama…”
“Tidak nak!. Sungguh tidak merepotkan…justru mama khawatir akan kamu dan
cucu mama…bagaimana nak?” Lanjut mama dan meminta persetujuan dariku,
“Baik ma…ini aku berikan alamat dan nomor handphone” Kataku sambil
memberikan apa yang mama pinta,
“Baiklah nak! Sebentar mama hubungi kakakmu dan mama berharap kalian
berdua diberikan ketabahan serta Aldo cucu mama diberikan
kesembuhan…mama rindu kamu nak!” Lanjut mama,
“Terimakasih atas doanya ma!...akupun rindu mama dan berharap secepatnya
bertemu dengan mama serta papa…aku sayang mama” Aku pun mengakhiri
perbincangan, sungguh aku rindu sekali akan mereka ingin rasa secepatnya
menjumpai mama dan papa. Aku bersyukur kepada Tuhan sebab kejadian
anakkau sakit ternyata telah membawa hikmah yang begitu besar, aku dapat
kembali kepada-Nya dan juga aku dapat kembali berkumpul kelak dengan
keluarga besarku….terimakasih Aldoku sayang, mama sayang kamu dan mama
yakin engkau kuat serta tabah dan engkau pasti beroleh kesembuhan..aku pun
memeluk mbak Agustine dan menumpahkan segala rasa yang ada dalam
dadaku….dan mbak Agustine pun mengingatkanku untuk kembali ke ruang ICU
menemui Aldo dan menanyakan perkembangannya kepada dokter yang
merawatnya….
(BY: AR.RAHADIAN TO ATHA)
Share this article :

Posting Komentar

Subscribe via RSS Feed If you enjoyed this article just click here, or subscribe to receive more great content just like it.
 
Support : 'your link' | 'your link' | 'your link'
Copyright © 2014. ABYAKSA BUANA INFORMASI - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger