Setelah membaca salah satu artikel di laman businessinsoder.com.au,
hati ini jadi tergelitik dan teringat akan perbincangan dengan salah
seorang sahabat. Dimana ia memiliki harapan bila usahanya bertumbuh
ingin membuat suatu kebijakan mengenai jam kerja bagi karyawannya.
Dimana ia akan membuat satu kebijakan untuk membebaskan jam kerja dan
masa libur bagi karyawannya. Alasannya, agar karyawan memiliki rasa
kebahagiaan dalam setiap melaksanakan pekerjaannya. Yang terpenting
mereka mengerjakan dan menyelesaikan pekerjaan mereka. "Coba bayangkan
bro, karyawan dituntut datang tepat waktu tapi kondisi dilapangan,
bujubune semrawut dan kemacetan terjadi dimana-mana. Kalau mengawali
suatu aktivitas dengan suasana stress, bagaimana menghasilkan output
yang baik?". Saya katakan, itu sebuah ide yang cerdas dimana
meningkatkan produktivitas dengan mengobati mental dalam diri karyawan.
Ternyata ide dan harapan sahabatnya, benar-benar terjadi di negeri Australia, dilansir dari businessinsoder.com.au
Karyawan di Australia saat ini bisa bebas menentukan cara kerjanya.
Kebebasan ini meliputi waktu kerja, hari libur, hingga di mana dia ingin
mengerjakan pekerjaannya.
Apa alasan para pemilik perusahaan di Australia percaya dengan
memberikan kebebasan pada pekerja, mereka akan mendapat peningkatan
kreativitas, produktivitas, dan pekerja yang bahagia.
Salah satu orang yang menerapkan kebijakan ini Richard Branson, bos dari
perusahaan maskapai penerbangan Vigin Airlines, mengaku ide ini datang
dari putrinya.
Richard menuturkan, bahwa ia begitu terkesan setelah putrinya mengirimi
dirinya sebuah surel mengenai pemberian kebebasan bekerja pada karyawan.
Sang putri mengaku ide ini muncul usai membaca artikel tentang
kebijakan libur Netflix. Dari situlah Branson ingin mengubah pakem
aturan kerja perusahaanya.
"Pekerja bebas menentukan apakah dia ingin mengambil libur beberapa jam, hari, minggu, atau bulan," ujarnya.
Aturan baru ini, lanjutnya, juga membebaskan pekerja harus meminta izin
untuk mengambil libur. "Para pekerja dibebaskan libur asalkan tidak
mengganggu target penyelesaian proyek atau pekerjaan," tuturnya.
Sistem kerja ini, tambahnya, didasarkan karena saat ini teknologi telah
membuat pekerjaan tak ada habisnya dan pekerja hampir tidak memiliki
waktu istirahat.
Kebijakan tersebut telah diterapkan olehnya, pada kantor Virgin Airlines
cabang Amerika Serikat dan Inggris. Jika cara ini efektif, bukan tidak
mungkin akan diperluas ke seluruh kantor cabang perusahaan.
"Ini merupakan inisiatif yang sangat sederhana dan cerdas yang pernah
saya dengar. Ini sangat menarik untuk ditunggu hasilnya," jelas Branson.
Seperti diketahui, Richard Branson adalah pengusaha asal Inggris yang
sudah memulai usahanya sejak usia 16 tahun. Awalnya Richard mendirikan
toko layanan pesan-antar kaset yang di kemudian hari menjadi perusahaan
rekaman dan toko musik Virgin Records.
Perusahaan Branson saat ini telah berkembang mencapai sekitar 200
perusahaan yang tersebar di 30 negara. Kekayaannya saat ini ditaksir
mencapai USD 5 miliar atau sekitar Rp 50 triliun.
Bagaimana dengan Indonesia? Tentunya bakal menjadi hal yang menarik
bukan? Mungkinkah hal seperti itu dapat diterapkan di Indonesia?.
Mungkin untuk saat ini jawabannya kita tanyakan pada rumput yang
bergoyang. (Abya/arh)
Home »
SEPUTAR MANAJEMEN
» Bebas Libur Kapan Saja
Bebas Libur Kapan Saja
Written By Unknown on 27/09/14 | 9/27/2014
Related Articles
Label:
SEPUTAR MANAJEMEN
Posting Komentar