Bagi
kita yang hidup diperkotaan tentunya sudah tidak asing dengan yang namanya ayam
crispy, tapi pernahkah Anda mendengar yang namanya singkong crispy?. Yah
kudapan khas untuk “nyemil” ini begitu populer di kota Bandung.
Berawal
dari rasa keprihatinan seorang warga gang Pancatengah I, Batujajar Kabupaten
Bandung Barat yang bernama Aceng Kodir, dimana ia merasa sangat peduli kepada
tarap kehidupan petani singkong didaerahnya. Meski bertahun-tahun menanam
singkong, petani tidak pernah menikmati hasilnya lantaran harga jual singkong
sangat murah, tak lebih dari Rp. 400 per kg. Mulailah Aceng memutar otak dan
berpikir keras menemukan jalan keluar bagi peningkatan kesejahteraan petani
singkong didaerahnya.
Aceng
pun mendapatkan sebuah ide untuk membuat makanan camilan dari singkong,
walaupun kripik singkong sudah banyak bertebaran di pasaran, ia tak menyerah
begitu saja. Lantas ia mencetuskan ide untuk membuat kripik hasil olahannya
yang unik dan berbeda dari yang sudah ada dipasaran, maka terwujudlah sebuah
nama yaitu “kripik crispy”. Setelah mendapatkan resep dasar mengolah kripik,
mulailah Aceng menguji coba resep dasar yang sudah dimodifikasi olehnya.
Setelah
hasil ujicobanya dirasakan stabil maka Aceng pun berniat melanjutkannya untuk
dijadikan sebuah usaha dan untuk membantu petani singkong dalam meningkatkan
kesejahteraan bagi mereka. Dengan berbekal modal Rp. 200.000,- mulailah ia
mengaplikasikan ide dan rencananya. Uang tersebut ia belikan untuk bahan baku
singkong, dan bahan pembantu lainnya. Sementara alat untuk mengepres adonan
singkong agar benar-benar tipis, digunakan alat pembuatan molen. Untuk kali
pertama hasil olahan Aceng, ia tawarkan ke tetangganya, ketua RT, RW dan Lurah
setempat. Dari berjualan sistem gerilya tersebut, kini usaha yang ia rintis
tiga tahun yang lalu membuahkan hasil yang manis. Kini bukan saja kripik crispy
yang telah diproduksi oleh Aceng namun ada juga konghui, yaitu perpaduan antara
kripik dengan ubi (hui dalam bahasa sunda).
Kedua
camilan tersebut dapat Anda temukan di Kartisari dan Circle K di Kota Bandung
Jawabarat. Aceng membandrol kedua camilan tersebut per bungkus dengan berat isi
250 gram, untuk kripik crispy Rp. 19.000,- sedangkan untuk konghui dibanderol
Rp. 20.000,-. Sehari Aceng membuat 250 bungkus kripik crispy dan konghui yang
ia jual Rp. 12.500 per bungkus ke reseller, atau senilai omset Rp. 3.125.000,-.
Singkongnya ia beli dari petani sekitar seharga Rp. 1000, dimana kini tarap
kehidupan petani singkong di daerahnya terangkat berkat usaha kripik crispy
produksinya.
Dari
sekilas kisah Aceng Kodir, sangatlah mungkin bagi kita untuk memperoleh
kesuksesan lewat pengamatan lingkungan sekitar dan dari kisah Aceng tersebut
patut dicontoh bagaimana seorang Aceng begitu peduli akan nasib tetangga dan
saudara-saudaranya yang kurang sejahtera. Menolong sesama yang ia lakukan
membawa keberkahan bukan saja untuk dirinya namun juga bagi masyarakat
disekitarnya, Aceng telah menyinari wilayah sekitarnya dan memberikan cahaya
kehidupan bagi masayarakat di lingkungannya. Selamat dan sukses pak Aceng
Kodir, semoga Ridho, Rahmat dan Berkah Allah Swt senantiasa memayungi setiap
langkah Anda. (ARH/dari berbagai sumber).
Sponsor Link :
Posting Komentar